utih abu-abu telah aku lewati, saat itu
aku menginginkan melanjutkan untuk masuk universitas yang ada di Bandung karna
aku menyukai dalam bidang seni lukis, akan tetapi orang tuaku tak
mengijinkannya. Aku telah berusaha untuk aku dapat masuk ke universitas yang
aku inginkan, tahap demi tahap aku lewati, bahkan aku telah mengabisi uang
orang tuaku untuk masuk universitas yang aku mau. Alhasil, semua perjuanganku
untuk masuk menjadi seorang seniman tidak terwujud.
Tetap dalam
pendirianku untuk masuk universitas itu, sampai aku menganggur satu tahun untuk
menunggu pembukaan tahun depan. Orang tuaku sempat kesal dengan apa yang aku
perbuat karena terlalu terbawa ego sendiri.
Aku sempat
ngdrop, dengan diam dikamar, yang hanya di temani pensil dan buku kosong, untuk
menuangkan lukisan apa yang aku pikirkan. Orang tuaku berusaha untuk menasehati
aku setiap hari, walau aku kadang tidak menghiraukannya. Tapi setelah aku pikir dan pikir lagi
ternyata apa yang aku perbuat ini sangat amat bodoh dan aku tidak mau seperti
ini terus.
Aku minta kursus
komputer pada orang tuaku, dan diturutkanlah kemauanku. Katanya dari pada aku
kaya yang setres dikamar karna ingin berkuliah dibandung.
atu tahun pun telah berlalu.. Aku tetap
bersih kukuh untuk mengikuti pendaftaran universitas di bandung, yang akhirnya
tidak lulus juga.
Orang tuaku pun
memberikan jalan untuk aku meneruskan sekolah di daerah serang, aku mulai
mencoba-coba mendaftarkan, yang selalu saja tidak lulus. Akhirnya mamahku
mendaftarkan aku ke institute Islam, yang pasti aku pikir tidak akan mampu
untuk belajar disana, dan aku tidak ingin mengenakan kerudung. Tapi mamah
membujukku dengan berbagai rayuan sayang seorang ibu…
Masuk lah aku ke
institute Agama Islam Negeri “SMH”Banten, yang tidak jauh jaraknya dengan
rumahku di Pandeglang.
Awalnya aku benci
dengan keadaan kampus itu, dengan teman-teman yang dominan lulusan psantrenan.
Aku masuk jurusan Ekonomi Islam, ya karna aku lulusan IPS di Sekolah Menengah
Atas. Pertama mengetahui mata kuliah yang Islami, teman kelas yang kurang
bersahabat karena memang belum kenal, membuat aku tidak nyaman dan tidak betah
dalam dunia kampus itu.
Lagi-lagi mamah
selalu menasehati aku, apalagi ayahku yang tak pernah berhenti untuk selalu
menasehatiku, karena anak yang paling nakal dan ngeyel itu aku. Biar gini –
gini aku mendengarkannya ko walau kadang tidak J
Setelah lama
kelamaan, aku mulai mendekati satu persatu temanku dikelas, bertemulah dengan
seseorang yang asyik dan nyambung pinter plus cantik lagi. Lalu aku dekati lagi
teman-temankku dikelas ternyata asyik dan pas dengan hatiku. Walau dalam
pelajaran aku kadang ngeluh, karena ketidaktahuan aku dalam Mata kuliah yang
dominan Islaminya. Tapi temanku yang mengsport aku untuk terus masuk kuliah,
belajar sambil bermain… “anak TK donk J”
Sekarang, rasa
jenuh, tidak asyik sudah tidak ada lagi karena sahabat-sahabatku yang selalu
tiap hari menemaniku diKampus. Dan ternyata apa yang orang tuaku nasehati
memang benar dan kenyataan.
Mamah, Bapak, Makasih banyak ya atas nasehat-nasehat yang tak
pernah lelah untuk mengucapkannya kepadaku, walau aku kadang membangkangmu,
tapi dalam hati yang paling dalam, Aku Sayang Mamah dan Bapak….
Dan
buat Sahabat-sahabatku terimakasih ya, karna kalian aku dapat merasakan
indahnya hidup, dan masalah dapat membuatku menjadi dewasa.